Kru Kapal Pesiar Tetap Harus Paham Finansial Walau Gaji Besar, Ini Alasannya

Tawaran gaji bagi orang yang ingin bekerja di kapal pesiar memang menggiurkan. Untuk tingkat anak buah kapal (ABK) saja, gajinya mencapai US$ 15.000 hingga US$ 20.000 per tahun atau Rp222 juta hingga Rp296 juta rupiah per tahun.

Ibarat pulau berjalan, banyak jenis pekerjaan yang ditawarkan di kapal pesiar mulai dari petugas kebersihan, penjaga bar, pencuci piring, hingga pekerjaan yang sifatnya butuh keahlian khusus yang jarang dimiliki seperti dokter, terapis pijat, hingga komedian.

Untuk petugas kebersihan saja yang gajinya terhitung paling rendah di kapal pesiar, mereka digaji US$900-1.600 per bulan atau Rp13,7 juta hingga Rp24,4 juta per bulan.

Dengan gaji seperti itu, kelihatannya masalah keuangan bukan persoalan bagi mereka. Namun saat mereka sudah tidak aktif, maka persoalan itu baru datang, karena mereka tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang.

Oleh karena itu pada 9 Februari 2023 kemarin Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja (LP2K) Hotel dan Kapal Pesiar Internasional Sun Marino Indonesia mengadakan acara bincang-bincang masalah keuangan yang dihadapi kru kapal pesiar.

Dalam acara ini mereka mengundang Financial Planner sekaligus Owner KJA ASP, Atik Sri Purwatiningsih S.E., M.Acc., Ak., CA., ASEAN CPA., CT., CFP. Acara tersebut dipandu langsung oleh Direktur LP2K Sun Marino Indonesia, Mr. Ariyanto.

Sebagai orang yang pernah merasakan bekerja di kapal pesiar, Mr. Ariyanto tahu betul persoalan yang dihadapi rekan-rekan seprofesinya dalam mengelola keuangan.

“Kami pernah merasakan dapat upah sampai US$3.000. Terus dipakai buat beli rumah, beli tanah, beli mobil, tapi ketika berhenti (melaut), dijual lagi, habis lagi, terus berangkat (melaut) lagi. Jadi mereka itu bingung, apakah mau menabung atau investasi,” kata Mr. Ariyanto.

Menanggapi hal ini, Atik mengatakan mengelola keuangan harus dimulai dari melakukan apa yang dinamakan sebagai “financial check up”.

“Dengan cara apa melakukan financial check up? Coba kita petakan, sekarang ini tabungan kita berapa, penghasilan kita dari mana saja, pengeluaran kita berapa? Ada surplus atau tidak? Memang harus kayak gitu karena kalau kita mau memulai perencanaan keuangan tanpa melihat kondisi keuangan kita sehat atau tidak, ya tidak bisa,” jelas Atik.

Selain itu, hal yang harus dimiliki semua orang dalam hal finansial, termasuk para kru kapal pesiar, adalah literasi keuangan.

Atik menjelaskan saat ini literasi keuangan di Indonesia mencapai 50 persen. Di sisi lain, inklusi keuangannya mencapai 80 persen. Literasi keuangan adalah seberapa baik seseorang bisa mengelola keuangannya. Sementara inklusi adalah sesuatu yang dilakukan masyarakat untuk investasi.

“Kalau literasi keuangannya lebih sedikit, maka dia akan melakukan investasi ke hal-hal yang dia nggak paham. Cuma ikut-ikutan, FOMO. Makanya banyak yang jadi korban investasi bodong. Karena mereka nggak paham,” kata Atik.

Atik mengatakan, dewasa ini banyak orang yang melakukan investasi untuk mencapai kebebasan finansial atau “financial freedom”. Dengan adanya kebebasan finansial ini, uang sudah datang dengan sendirinya tanpa seseorang harus bekerja untuk memperolehnya.

Ada tiga cara untuk memperoleh kondisi kebebasan finansial itu. Pertama melalui bisnis, lalu melalui paper asset atau menabung saham, dan yang ketiga melalui properti yang disewakan seperti ruko, rumah, atau kos-kosan.

“Namun yang penting adalah, rezeki yang diberikan Allah untuk kita sebenarnya cukup untuk hidup. Tapi tidak akan cukup untuk gaya hidup,” pungkas Atik.

 

Informasi lebih lanjut terkait pengelolaan keuangan pribadi, silakan hubungi kami melalui kontak berikut:

WA : https://wa.me/6281226924491

Instagram : https://bit.ly/instagramkjaasp_official

Facebook : https://bit.ly/facebookKJAASP

Web : https://kjaatik.id/

Tiktok : https://bit.ly/tiktokkjaasp_official

Youtube : https://bit.ly/youtubeKJAASP

Maps: https://bit.ly/GoogleMapsKJAASP